Oleh Ustadz Firanda Andirja, Lc., MA
وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهَ عَنْهُ قَالَ: كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُولِ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَبَّنَا آتِنَا فِي اَلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اَلْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ اَلنَّار. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Anas berkata: Kebanyakan doa Rasulullah ﷺ ialah: “(artinya = Ya Tuhan kami berilah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari api neraka).” HR. Bukhari no. 6389 dan Muslim no. 2690
Orang-orang indonesia sering menyebut doa ini dengan doa sapu jagad. Artinya apa pun kebaikan yang kita inginkan bisa berdoa dengan doa ini, karena tidak ada satupun kebaikan yang kita inginkan dalam kehidupan ini melainkan kehidupan dunia atau kehidupan akhirat, serta dijauhkan dari neraka Jahanam.
Sangat disayangkan banyak orang-orang yang melalaikan doa ini padahal mungkin semua orang hafal doa ini. Padahal doa ini adalah doa yang mencakup seluruh permintaan. Oleh karena itu, disebutkan dari para salaf bahwa ketika kita ingin mendapatkan istri yang salehah maka mereka berdoa dengan doa ini, karena istri salehah merupakan kebaikan dunia yang luar biasa. Nabi ﷺ bersabda,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah.” HR. Muslim no. 1467
Demikianlah yang dipahami oleh para salaf, begitu pun dengan sahabat Anas bin Malik. Bahkan ketika Anas bin Malik ingin berdoa dengan doa yang panjang, dia tetap memasukkan doa ini ke dalam doa-doanya karena mereka benar-benar memahami keutamaan doa ini.
Selain itu, doa ini pernah dibaca oleh Nabi ﷺ di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad. Dari ‘Abdullah bin As-Saaib, ia berkata,
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ مَا بَيْنَ الرُّكْنَيْنِ: رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ berkata di antara dua rukun: Robbanaa aatina fid dunya hasanah wa fil aakhirooti hasanah, wa qinaa ‘adzaban naar (Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari adzab neraka).” HR. Abu Daud no. 1892. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Ketika jamaah haji melakukan kegiatan tawaf maka dia bebas berdoa dengan doa apa saja. Namun tatkala Nabi membaca doa ini di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad, ini menunjukkan bahwa doa ini adalah doa yang istimewa.
Hasanah di dunia adalah istri yang salehah, tempat tinggal yang nyaman, kendaraan yang baik, dan seterusnya.
Hasanah di akhirat adalah surga. Mendapatkannya dengan melakukan berbagai macam amalan saleh.
Ada banyak hal yang kita inginkan di dunia, tetapi kita berdoa agar apa yang Allah ﷻ berikan itu berupa kebaikan. Kita boleh meminta istri yang salehah, tempat tinggal yang nyaman, kendaraan yang baik, yang ke semuanya bisa membantu kita untuk taat kepada Allah ﷻ. Ini menunjukkan bolehnya meminta kebaikan dunia. Yang tidak boleh adalah mendahulukan dunia di atas kebaikan akhirat. Allah ﷻ berfirman mencela orang-orang kafir,
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا، وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” QS. Al-A’laa: 16-17.
Di antara tanda seseorang mendahulukan dunia dibanding akhirat adalah pikirannya yang selalu berorientasi pada dunia, mengumpulkan uang untuk membangun rumah mewah, membeli rumah mewah, berfoya-foya, dan seterusnya. Berbeda dengan seseorang yang mendahulukan akhiratnya, boleh jadi dia mencari dunia tetapi orientasinya selalu diarahkan untuk akhirat. Dia mencari dunia agar bisa membangun masjid, membantu dakwah, bisa bersedekah, bisa menafkahi keluarganya, menyenangkan anak-anaknya, dan seterusnya. Allah ﷻ berfirman,
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah ﷻ kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” QS. Al-Qashash: 77.
Oleh karena itu, kelirulah pernyataan kebanyakan orang, “Carilah dunia namun jangan lupa akhiratmu.” Yang benar adalah, “Carilah akhiratmu namun jangan lupa duniamu.” Demikian pula pernyataan agar menyeimbangkan dunia dan akhirat juga keliru. Boleh jadi secara zahir dunia dan akhiratnya seimbang tetapi orientasi tidak boleh seimbang karena dunia bukan tujuan melainkan akhiratlah yang menjadi tujuan utama. Dalam sebuah hadits Nabi ﷺ bersabda,
مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” HR. Tirmidzi no. 2377. Disahihkan oleh Al-Albani dalam Tahrij Misykatil Masobih no. 5116.
Silahkan mencari dunia namun jadikanlah orientasi utamamu adalah akhirat.
وَقِنَا عَذَابَ اَلنَّارِ “dan peliharalah kami dari api neraka.” Ini menunjukkan bahwa yang menyelamatkan Nabi adalah Allah ﷻ. Nabi tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Nabi tidak berkuasa atas surga dan neraka. Oleh karena itu, Nabi tetap berdoa agar menyelamatkannya dari api neraka. Allah ﷻ berfirman,
قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا، قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا
“Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan kebaikan kepadamu.” Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah ﷻ dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.” QS. Al-Jinn: 21-22.
Sebagaimana Nabi tidak bisa menyelamatkan dirinya dari api neraka, Nabi juga tidak punya kuasa untuk mengeluarkan orang lain dari api neraka. Allah ﷻ berfirman,
أَفَمَنْ حَقَّ عَلَيْهِ كَلِمَةُ الْعَذَابِ أَفَأَنْتَ تُنْقِذُ مَنْ فِي النَّارِ
“Maka apakah (engkau hendak mengubah nasib) orang-orang yang telah dipastikan mendapat azab? Apakah engkau (Muhammad) akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka?” QS. Az-Zumar: 19.
Walaupun Allah ﷻ memberi kemuliaan kepada Nabi Muhammad ﷺ, kepada para malaikat, dan sebagian hambanya untuk memberi syafaat, namun semua itu tetap kembali kepada Allah ﷻ.
Artikel ini penggalan dari buku Syarah Kitabul Jami’ Ustadz Firanda Andirja, Lc., MA
Belum ada produk di keranjang Anda
Beli Lagi