Oleh Ustadz Firanda Andirja, Lc., MA
(Artikel dari Buku Syarah Kitabul Jami’)
وَعَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيِّدُ اَلِاسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُولَ اَلْعَبْدُ اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْت.َ أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ
“Dari Syaddad Ibnu Aus radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Permohonan ampunan (istighfar) yang paling utama ialah seorang hamba membaca (artinya = Ya Allah Engkaulah Tuhanku tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau yang telah menciptakan diriku aku hamba-Mu aku selalu berada dalam ikatan-Mu dan perjanjian-Mu selama aku mampu aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat aku mengaku kepada-Mu dengan nikmat yang Engkau berikan kepadaku aku mengaku kepada-Mu dengan dosaku maka ampunilah aku sebab tiada yang akan mengampuni dosa selain Engkau).” HR. Bukhari, no. 6306
Sayyid artinya pemimpin atau yang terdepan. Hadits ini menunjukkan bahwa bentuk zikir istighfar itu banyak namun lafal inilah yang terbaik. Di antara lafal istighfar Di antaranya,
Lafal,
أَسْتَغْفِر ُاللهَ
Lafal,
رَبِّ اغْفِرْ لِي
Lafal,
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ اْلغَفُوْرُ، أو التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
“Tuhanku! Ampunilah aku dan berilah Tobat kepadaku, sesungguhnya Engkaulah Maha Penerima Tobat lagi Maha Pengampun, (atau) Maha Penerima Tobat lagi Maha Pengasih”
Dan lafal-lafal lainnya, maka hendaknya seseorang Perhatian dengan istighfar ini. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
اسْتِغْفارُ الإِنْسانِ أَهَمُّ مِنْ جَميعِ الأَدْعيَةِ
“Istighfar seseorang lebih baik dari seluruh doa.” Jami’ Al-Masail, 6/277
Perhatikanlah bagaimana Allah memerintahkan Nabi-Nya untuk beristighfar bagi umatnya. Allah ﷻ berfirman,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” QS. Muhammad: 19
Demikian pula bagaimana para malaikat ketika mendoakan ampunan untuk kaum mukminin. Allah berfirman,
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman.” QS. Ghafir: 7
Ini semua menunjukkan bahwasanya istighfar adalah doa yang agung. Bahkan dalam shalat banyak bacaan yang mengandung istighfar. Di antaranya pada doa istiftah,
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun).” HR. Bukhari no. 744, Muslim no. 598, An-Nasa’i no. 896, lafalnya adalah dari An-Nasa’i
Di dalam doa tersebut mengandung bentuk istighfar kepada Allah. Demikian pula dalam bacaan rukuk dan sujud,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى
“Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, pujian untuk-Mu, ampunilah aku.” HR. Bukhari, no. 817 dan Muslim, no. 484
Di dalam doa duduk Di antara dua sujud,
رَبِّ اغْفِرْ لِي
“Ya Allah ampunilah aku.”
Bahkan setelah shalat zikir-zikirnya juga dengan istighfar. Ini semua menunjukkan bahwa istighfar adalah zikir yang sangat agung. Hendaknya setiap muslim memperbanyak mengucapkan istighfar, sebagaimana Nabi juga memperbanyak istighfarnya. Nabi ﷺ juga bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian manusia. Tobatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertobat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” HR. Muslim, no. 2702
Di dalam hadits yang lain, Nabi mengatakan tentang keutamaan banyak beristighfar,
طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا
“Keberuntungan bagi seseorang yang menjumpai banyak istighfar di lembar catatan amalannya.” Sahih Al-Jami’, no. 3930
Di antara lafal istighfar yang sangat layak untuk diamalkan adalah sayyidul istighfar.
خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ
“Engkau yang telah menciptakan diriku aku hamba-Mu”. Kalimat ini adalah kalimat pengakuan dan penghambaan kepada Allah. Sebagian ulama semisal Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Al-Fatawa Al-Kubra, 5/344 dan juga dikuatkan oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin Durus Li As-Syaikh Al-‘Utsaimin 9/6 mengatakan bahwa lafal وَأَنَا عَبْدُكَ bisa diganti وَأَنَا أَمَتُكَ jika yang mengucapkannya adalah perempuan.
عَلَى عَهْدِكَ
“di atas janji-Mu” yakni janji untuk beramal saleh dan meninggalkan maksiat.
وَوَعْدِكَ
“dan perjanjian-Mu” yakni Allah berjanji akan mengampuni hambanya yang bersalah.
مَا اسْتَطَعْتُ
“selama aku mampu” yakni janji taat tersebut sesuai kemampuan karena terkadang diri tersebut tidak mampu, terkadang dikuasai oleh hawa nafsu, atau terkadang terjerat oleh syubhat.
أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ
“aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat” yakni berlindung dari akibat dosa tersebut, karena dosa pasti ada akibatnya. Akibat dari dosa minimal akan membuat hati jadi keras, sebagian kebahagiaan dicabut, dan seterusnya. Sehingga sang hamba tersebut mengakui dosanya dan segera berlindung dari dosanya agar tidak menimpa dunia dan agamanya.
أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ
“aku mengaku kepada-Mu dengan nikmat yang Engkau berikan kepadaku.” Nikmat di sini mencakup semua jenis nikmat baik nikmat duniawi maupun nikmat agama berupa ketenteraman, keimanan, semangat beribadah, dan lain-lain.
وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي
“aku mengaku kepada-Mu dengan dosaku”. Al-Khaththabi berkata,
تَقُوْلُ الْعَرَبُ بَاءَ فُلَانٌ بِذَنْبِهِ إِذَا احْتَمَلَهُ كُرْهًا لَا يَسْتَطِيْعُ دَفْعَهُ عَنْ نَفْسِهِ
“Orang Arab jika berkata ba’a fulan bidzanbihi artinya dia memikul dosanya dalam kondisi tidak suka namun dia tidak mampu menolak dosa tersebut.” Ma’alim As-Sunan, 4/154
Dia tahu bahwa itu adalah dosa, dia tahu bahwa itu buruk, namun dia tidak mampu meninggalkannya. Tetapi dia mengakuinya, membencinya, dan mengadukannya kepada Allah. Setelah itu dia berdoa,
فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
“maka ampunilah aku sebab tiada yang akan mengampuni dosa selain Engkau.”
Dari keseluruhan lafal sayyidul istighfar ini, yang menjadi doa atau permintaan adalah pada lafal فَاغْفِرْ لِي, sedangkan lafal sebelumnya dan sesudahnya adalah bentuk tawasul agar doanya dikabulkan. Dia bertawasul dengan nama Allah, bertawasul dengan sifat Allah, dan bertawasul dengan kondisinya yang hina dan rendah di hadapan Allah. Inilah keistimewaan doa sayyidul istighfar yang mengumpulkan antara pengagungan Allah dan pengakuan hinanya sang hamba. Sehingga jika digabungkan antara pengagungan dan pengakuan akan menghasilkan doa yang mujarab.
Lantas kapan doa ini dibaca? Jawabannya adalah boleh dibaca kapan saja, saat bersendirian, di dalam sujudnya, dan seterusnya. Namun disunahkan secara khusus untuk dibaca di saat pagi dan petang.
Belum ada produk di keranjang Anda
Beli Lagi